Abdullah Totong Mahmud (A. T. Mahmud) |
Musik diyakini sebagai bahasa yang
universal. Kekuatan lirik dan nada mampu menyentuh pribadi manusia paling
dalam. Emosi akan dihanyutkan dalam alur yang melankolis, bukan kebetulan air
mata kan terurai kala mendengar karya seorang maestro. Atau boleh jadi luapan
perasaan seseorang disulut hingga menjadi bentuk yang subversif sebagai wujud
perlawan. Lagu juga akan membuka persepsi seseorang tentang tema yang didendangkan.
Seks misalnya. Melalui lagu, anak-anak
akan lebih terbuka membicarakannya. Walhasil, anak-anak Indonesia mendengar
musik yang tidak sesuai porsinya. Lirik “Kuhamil
duluan, sudah tiga bulan” akan lebih menstimulus imajinasi anak-anak
ketimbang syair lagu “Desaku yang
kucinta, pujaan hatiku”. Lagu karangan Abdullah Totong Mahmud, Ibu Sud, Pak
Kasur, dan Titiek Puspa kini serasa kerinduan, lama tak jumpa dengan lagu
serupa. Memang, produsen dan industri kini menyempitkan ruang anak-anak untuk
mendengar lagu yang berupa asupan positif bagi perkembangan jiwa.
Dalam sebuah kesempatan, penulis
sempat berbincang dengan Ening Ningsih, seorang psikolog sekaligus dosen di
Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung Oktober 2013 silam. Perbincangan tersebut
berkesimpulan, konten sebuah lagu akan
berdampak pada perkembangan jiwa anak. Bagi anak yang belum mengerti isi lagu
memang bukan masalah, tapi lain hal dengan anak yang sudah bisa mencerna lirik.
Pada umumnya, anak usia tiga tahun ke atas sudah mulai memahami kalimat
sederhana. Pada usia tersebut, anak sudah mampu meniru syair lagu meski belum
sepenuhnya mengerti. Memasuki usia sekolah dasar, anak mulai bisa merefleksikan
apa yang didengar dan dilihat dalam kehidupan sehari-hari.
Idealnya pubertas terjadi antara usia
sebelas sampai lima belas tahun. Namun, gejala tersebut tidak sepenuhnya
terjadi karena faktor biologis semata. Lingkungan sekitar, termasuk musik yang
didengar, akan membuat usia puber menjadi semakin dini jika lingkungan tidak
sesuai dengan porsi seorang anak. Disinyalir, pubertas bisa terjadi pada anak
berusia di bawah sembilan tahun. Jika pubertas sudah dirasakan, tidak menutup
kemungkinan seorang anak akan mencoba mengenal konten-konten yang berbau
pornografi dengan sendirinya.
Media, terutama televisi sudah
merangsang hal tersebut. Bisa jadi, aksi dari grup vokal cilik dengan lagu dan
gaya yang begitu dewasa berpengaruh pada imajinasi dan proses kedewasaan anak.
Bisa juga lagu dangdut yang bermuatan lirik tidak senonoh akan membuka persepsi
anak di bawah umur soal seks. Lagi-lagi, musik, apapun temanya, hadir sebagai
faktor perubahan personal maupun perubahan sosial.
Ruang Musik bagi
anak-anak
Pada
fasenya, pendidikan awal yang diterima oleh anak-anak adalah bunyi, dan musik
merupakan salah satu bentuknya. Belakangan, barulah seorang anak mengenal
metode visual dalam media pembelajaran.
Dalam
sejarah musik Indonesia, banyak maestro yang apik meracik lagu sebagai
representasi dunia anak-anak. Bulan, ibu, pelangi, kampung halaman, dan banyak
hal yang direpresentasikan dalam bentuk musik. Anak-anak pun memiliki ruang
yang sesuai dengan masanya. Dalam ruang tersebut, anak-anak diajak mencerna
sebuah objek tanpa melampaui satu fase pertumbuhan. Yakni fase dimana seorang
anak memahami dunianya melalui musik.
Lirik “Sakitnya tuh di sini, di dalam hati ini” sudah jelas tidak
merepresentasikan dunia anak-anak. Karena ruang untuk musik anak kian sempit,
lirik lagu tersebut dimakan bulat-bulat lalu bising di sekolah, di
warung-warung, dan di ruang keluarga. Musik paling universal untuk mengendap
pada diri seorang manusia. Tak sedikit juga orang dewasa yang dibangkitkan
romantisme masa kecilnya.
24 Desember 2014 lalu, Forum Literasi
yang digagas Hafidz Azhar, alumnus Bahasa dan Sastra Arab UIN SGD Bandung
menggelar diskusi bertajuk “Musik Sebagai
Perubahan Sosial”. Hawe Setiawan (Budayawan Sunda) selaku pembicara
berpandangan, kini anak-anak tidak punya penyambung lidah musikalnya. Merujuk
pada gejala sosial tersebut, agaknya kita perlu siklus. Siklus yang mesti
mengembalikan ruang sebenar-benarnya musik anak.
Belakangan ini ada beberapa musisi
yang sudah berupaya meraih eksistensi musik anak di jagat hiburan. Grup band
Naif dengan Album “Bon Bin Ben” dan
The Dance Company dengan single “Tebak Suara” dan “Anak Indonesia” sempat berpihak pada anak. Namun, usaha itu masih tersisihkan. Anak-anak
masih gandrung dengan lagu yang begitu dewasa. Walhasil, album tinggalah album,
lagu tetaplah lagu, bukan malah jadi gerakan masif sebagai media pendidikan
yang tersebar melalui frekuensi publik.
Tanpa dukungan dari industri, musik
anak nyaris tak berkembang. Anak-anak akan tetap berada pada zona musik yang
sekarang. Dunia yang sebenar-benarnya musik anak mesti direngkuh balik.
Industri, musisi, dan lingkungan terdekat adalah subjek utama yang memberi
ruang untuk fantasi kreatif anak. Fantasi kreatif, bukan fantasi yang lain. Bunyi
dan suara adalah permulaan bagi anak-anak. Sebermula adalah bunyi, maka
suarakanlah dengan musik sebagai bentuk bunyinya.
Halo Bos! Selamat Datang di ArenaDomino.com
BalasHapusArenadomino Situs Judi online terpercaya | Dominoqq | Poker online
Daftar Arenadomino, Link Alternatif Arenadomino Agen Poker dan Domino Judi Online Terpercaya Di Asia
Daftar Dan Mainkan Sekarang Juga 1 ID Untuk Semua Game
ArenaDomino Merupakan Salah Satu Situs Terbesar Yang Menyediakan 9 Permainan Judi Online Seperti Domino Online Poker Indonesia,AduQQ & Masih Banyak Lain nya,Disini Anda Akan Nyaman Bermain :)
Game Terbaru : Perang Baccarat !!!
Kini Hadir Deposit via Pulsa Telkomsel / XL ( Online 24 Jam )
Min. DEPO & WD Rp 20.000,-
Wa :+855964967353
Line : arena_01
WeChat : arenadomino
Yahoo! : arenadomino
INFO PENTING !!!
Untuk Kenyamanan Deposit, SANGAT DISARANKAN Untuk Melihat Kembali Rekening Kami Yang Aktif Sebelum Melakukan DEPOSIT di Menu SETOR DANA.