![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRv8amoBy91YsVE07lozpDYWL3aTKzXAHHPNqnCgvyIILUjEPD-_Doa2Htpqt_0IgXsyojGcqJsyeQYxFGJA3_sMNGdOuYVmJMEcv6_kwxBA3b95r4EhM96Sixjx19BDnqGc8sHzyAW40/s1600/allahu.jpg)
Telinga ini seolah dimanjakan ketika
mendengar Rindu Rasul dan Sajadah Panjang, puisi karya Taufik Ismail yang kemudian
dimusikalisasi oleh Bimbo. Musik yang bertema agama ini tak hanya menjadi seni,
lirik dan nadanya mampu menyentuh kehidupan spiritual yang paling dalam dari
seorang manusia. Tak jarang seseorang menitikkan air mata kala mendengar lagu
tersebut.
Beberapa waktu yang lalu, setelah
berbuka puasa, aku berbincang dengan Pungkit Wijaya, seorang penyair dari UIN
Bandung. Baru-baru ini ia menjadi ketua Lesbumi Bandung Timur. Lesbumi adalah
badan di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang bergerak di bidang kesenian. Ia
juga sependapat kalau musik dalam Islam tidak harus identik dengan qasidah dan
marawis, harusnya kualitas seni yang terkandung lebih dari itu. “Agar lebih maju
dan modern,” ia bilang.
Lagi-lagi aku bukannya tak suka
mendengar tetabuhan dari pesantren sebelah. Musik yang dimainkan dengan rebana
itu belum menculik perhatian telingaku. Apalagi dimainkan di waktu panas terik
matahari.
Aku sering dengar lagu George
Harrison, salah satu punggawa The Beatles. Judul lagunya My Sweet Lord. Aku
suka lagunya, cara George mengemas lagu yang merupakan puji-pujian terhadap
Tuhan amat menarik, padahal puji-pujian tersebut bukan untuk Tuhan dari agamaku.
Suasana musik folk kental dalam lagu tersebut.
Telingaku sempat akrab dengan musik
yang disajikan Raihan, Snada, Hijaz, dan para musisi nasyid lainnya. Tapi
sepertinya gaung nasyid sekarang agak redup. Dulu lagu-lagu nasyid sering
disiarkan di televisi, tapi sekarang tidak. Mungkin karena tidak laku.
Lagu-lagu yang mereka ramu cukup asyik. Banyak dari lagu mereka yang aku suka
dan ingat sampai sekarang.
Aku bukannya tak suka mendengar
tetabuhan dari pesantren sebelah. Coba saja kesenian di pendidikan keagamaan
seperti pesantren memacu para santri agar lebih kreatif dalam berkesenian.
Karya yang dihasilkan akan tidak melulu marawis dan qasidah. Bisa saja
dipadukan dengan iringan harmonika, gitar, atau saxophone yang kental dengan
irama blues, jazz, atau folk. Pasti orang-orang akan suka. Para santri juga
akan dipacu kreatifitasnya untuk berdakwah dan meningkatkan spiritualitas
seseorang lewat seni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar