Senin, 24 Desember 2012

Kalian Jahat


Gua kira ini salah satu tulisan gua yang “alay”. Tapi entahlah gua, cuman kesel.

Cie, Parangteritis nih.
Jogja oh jogja. Terimakasih untuk PU tampan kita yang telah memilih tempat pelantikan terindah sejagat, juga telah membuat kaka Nira senang bukan kepalang karena pliss deh, dia baru pertama kali kepantai. Terlebih lagi Parangteritis. Memang sebelumnya dia juga pernah ke pantai. Tapi itu lebih mirip kolam tempat pembuangan limbah pabrik, bau, ateul, ga ada ombak, yang ada paha cewe-cewe Jakarta yang mulus. Apalagi kalau bukan Ancol. Itu bukan pantai Nira. PIKIRKAN!

Sebelum kita cabut ke Jogja. Anak-anak ngumpul di UIN. Kayanya bahagiaaaaaaa banget. Apalagi naik bis UIN yang baru. Secara, sebelumnya bis UIN Cuma ada satu yang berasal dari abad pertengahan. Kalo di pake ke Cicaheum aja mogok tiga kali.

Feeling gua mulai gak enak waktu anak-anak udah pada naik ke dalam bis. Edan, pada  rebutan tempat duduk. Dan karena gua mempunyai sifat kepahlawanan dan ketampanan, akhirnya tempat duduk yang semula menjadi hak gua dengan sukarela dihibahkan ke Mariam, klo gak salah itu juga. Akhirnya gua harus BERDIRI. Gak mungkin dong gua biarkan cewe imut seperti Mariam harus berdiri bergelayutan atau ngampar di lantai bus. Kalo Mariam seperti itu, sumpah, betapa liarnya Mariam.

Horeeeeeeeeee, bis akhirnya jalan. Pada bagaia tuh pasti orang-orang yang duduk. Si Sri (cetruk) dengan penuh belas kasih mempersilahkan gua duduk disampingnya. Bertiga sama Ririn. Walaupun gua Cuma kebagian space sedikit, tapi membuat gua agak nyaman sedikit. Terimakasih Cetruk.

Perjalanan udah sampai di daerah Nagrek. Ini pantat udah mulai meraung-raung. Klo pantat gua bisa ngomong, mungkin dia akan ngomong “Salman, lu bela-belain duduk deket cewe penjual Cetruk sementara gua harus menderita karena Cuma kebagian tempat duduk sepotong, pliss kasihanilah anggota badanmu”.

Karena pantat gua udah mulai menagih haknya untuk mendapatkan tempat yang lebih layak, akhirnya gua berusaha untuk mencari tempat yang lebih nyaman untuk sang pantat. Mata ini tertuju pada seonggok karpet yang tergeletak di lantai bus. Gua putuskan untuk menggelar karpet itu.

Karpet telah digelar. Kayanya gua bakal dapet dua keuntungan. Pertama bisa duduk. Kedua bisa ngagoler di lantai bus. Tapi sayangnya itu Cuma asumsi gua doang. Awalnya sih memang nyaman banget. Tapi, ini kisah mulai berbeda waktu perjalanan udah nyampe di  Cilacap. Gua bingung, yang gua tumpangin itu bus, apa jet coaster. Badan gua terasa terombang ambing bak sampan kosong dilautan lepas. Posisi tubuh gua mengikuti arah bus. Bus kekiri, gua ikut ikut ke kiri. Bus ke kanan, gua ikut kekanan. Sunguh, kala itu jalanan yang mengendalikan tubuh gua. Ga salah lagi, jalan pasti mirip-mirip puncak atau lembang. Niat untuk dapet posisi nyaman telah sirna.

Sumpah, gua lebih mirip gembel di pinggiran ruko dibanding anggota Suaka yang mau ke Jogja dan udah bayar Rp125.000,-. Ditengah penderitaan yang menggoncang jiwa, gua sempetin liat temen-temen lain yang juga bayar Rp125.000,-. Alamak, indah nian perjalanan kalian malam itu. Duduk berdua bersama teman kebanggaan kalian dan tidur pulas dengan mulut menganga lebar ke langit serta membiarkan air liur bermuara di pundak teman sebelahnya. Selamat yah, kalian telah merasakan tidur yang begitu nyenyak dan membiarkan sesosok orang hitam tergelatak di lantai bus.

Huft, GUA BAYAR Rp125.000,- BUKAN UNTUK BERCINTA DENGAN LANTAI BUS DAN  KAKI BERLAPIS SEPATU YANG BERADA TEPAT DI DEPAN WAJAHKU. NGOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOKKKKK.

Fase pertama dalam penderitaan malam itu telah berakhir, helaan nafas tanda toleransi kepada sobat-sobat gua hembuskan. Keadaan yang tak wajar menjadi kelambu dalam usaha untuk tidur.

GOJLAAAAAAAAG!!!!! Et daaaaaaaaahh, baru aja sukses buat tidur, tiba-tiba tas segede berhala jatuh tepat ke muka gua.   Horeeee,, pertunjukan sirkus udah mulai. Cekikikan yang luar biasa pada keluar dari manusia-manusia yang duduk itu. Haha, senang  banget  lu semua. Tertawa di atas penderitaan teman kalian yang sama-sama membayar Rp125.000,-.

Oke. Oke. Anggap aja ini hiburan bagi kalian yang sedang dijamu perjalanan.

Gua tumbalnya BEGO.

Tanpa perduli  dengan mereka yang melepas rasa toleransi itu, gua lanjutin tidur. Kendaraan baru kebanggaan UIN ini sedang berpacu ditengah sepinya malam menghalau segala rintangan dan lubang-lubang yang menyambutnya. Tak lama setelah tragedi mirip sirkus yang pertama, tiba-tiba segelas minuman entah bekas siapa mendarat tepat diwajah orang tampan ini.

CIPRAAAATTT. Shit.

Ga cukup apa kalian menertawakan aku dengan tragedi pertama. Kini, haruskah kalian menertawakan aku ditengah nyenyaknya tidur kalian? Dan jawabannya adalah “HARUS”. Kebahagian mereka malam itu lengkap sudah. Dan penderitaan gua malam itu juga lengkap.

Kalian menang. 2-0 untuk kemenangan kalian.

Engga ada yang mencoba untukmempersilahkan duduk untuk lelaki yang patut dikasihani ini.

Engga adaaaaaaaaaaaa.

Engga ada seseorang yang mencoba untuk mengusap air yang tumpah diwajah gua.

Engga adaaaaaaaaaaaa. Gua sedih BEGOOOOOO.

Salman Nahumarury
Bandung, 3 Maret 2012

4 komentar:

  1. Balasan
    1. Betul sekali Mas Agus Prasetwa si tukang kendang..hahaha

      Hapus
  2. ngakak ga brenti!
    makanya jangan ngecein aku ditulisan kamu.

    BalasHapus
  3. Shit man,
    itu emang nyata... kmu emang baru pertama kali ke pantai..hahaha

    BalasHapus